Tujuan utama lean Manufacturing adalah menghilangkan maupun mengurangi aktivitas tidak bernilai tambah (Non Value Added) atau disebut waste (pemborosan) untuk meningkatkan profit bisnis manufaktur. Sedangkan proses agile adalah metode lean untuk siklus pengembangan perangkat lunak yang cepat serta terhubung dengan banyak prinsip dasar lean manufacturing.
Dalam industri seperti sekarang ini, kita dihadapi tantangan setiap hari, dimana perusahaan mengharapkan terdapat kualitas kerja tepat waktu juga sesuai anggaran. Oleh karena itu Agile dan lean project management adalah dua metodologi yang tepat untuk mengelola proyek sesuai dengan kebutuhan manajemen proyek modern.
Sebelum membahas tentang hubungan antara lean dengan Agile di perusahaan manufacturing, sebaiknya fahami terlebih dahulu pengertian dari keduanya.
Sebenarnya dalam makalah sebelumnya saya telah menulis tentang apa itu lean manufacturing. Secara umum Lean project management adalah metode manajemen proyek yang berprinsip pada metodologi Lean.
Metodologi Lean merupakan cara untuk mengoptimalkan orang, sumber daya, usaha, dan energi organisasi untuk menciptakan nilai bagi pelanggan. Hal ini didasarkan pada dua prinsip, perbaikan dan menghargai yang terus menerus terhadap orang. Kebanyakan dari perusahaan baik itu penjualan hingga pengembangan perangkat lunak, menggunakan prinsip dari metodologi lean untuk secara berkelanjutan agar memberikan nilai lebih kepada pelanggan mereka.
Seperti diketahui bahwa metodologi Lean bukanlah konsep baru, namun aplikasi modernnya untuk bisnis terus berkembang. Sebelum Lean dikenal sebagai metodologi bisnis, ini merupakan pendekatan terhadap proses manufaktur.
Sejarah lean manufacturing sendiri berasal dari Toyota Production System (TPS) yang merevolusi pembuatan barang fisik di tahun 1950an, hingga saat ini. Lean bukan hanya mempertahankan prinsipnya di bidang manufaktur, namun juga menemukan aplikasi baru dalam bidang pengetahuan, membantu bisnis di semua industri menghilangkan pemborosan (waste), memperbaiki proses, dan meningkatkan inovasi.
Kunjungi: Prinsip Dasar Lean Manufacturing untuk mempelajari lebih lanjut tentang prinsip-prinsip dari lean manufacturing tersebut.
Adapun project penerapan lean manufacturing di perusahaan baik itu otomotif, bank, rumah sakit, pemerintahan yang berupa jasa layanan juga produk akan mengandalkan beberapa alat/ tools untuk membantu organisasi saat memprioritaskan hingga mengelola pekerjaan:
Peta Aliran Nilai (bahasa Inggris: Value stream mapping atau VSM) adalah alat Lean yang digunakan Toyota untuk menentukan dan mengoptimalkan berbagai langkah yang diperlukan untuk mendapatkan proyek produk, layanan, atau proyek nilai tambah dari awal sampai akhir.
Penerapan VSM bertujuan untuk mengidentifikasi keadaan alur kerja saat ini dan masa depan, serta semua aktivitas yang masuk dan keluar dari alur kerja sehingga nilai dapat disampaikan. Memvisualisasikan arus nilai membuat proses kompleks menjadi lebih sederhana dan lebih nyata, memberi pemahaman yang jelas kepada setiap orang tentang bagaimana nilai bergerak melalui tim, organisasi, atau rantai pasokan. Mendefinisikan berbagai bagian dari value stream adalah komponen kunci dari setiap transformasi Lean, karena dapat menimbulkan inefisiensi yang menghalangi arus nilai pada pelanggan.
Baca juga:
Laporan A3 problem solving adalah alat yang sangat berharga terutama stakholers hingga manajer proyek Lean. A3 Thinking adalah pendekatan pemecahan masalah terstruktur dalam mendorong perbaikan terus-menerus yang disengaja. Metode pendefinisian, analisis, dan pengembangan hipotesis di seputar suatu masalah disebut A3 problem solving report.
Pendekatan A3 didasarkan pada model PDCA (Plan-Do-Check-Act) Edwards Deming. Ini mendorong organisasi untuk secara jelas dan akurat mendefinisikan setiap masalah, kemudian mengembangkan sebuah hipotesis untuk diuji untuk mengatasinya. Sebagian besar metode A3 juga mencakup analisis biaya keterlambatan, yang membantu manajer proyek dan tim membuat keputusan tentang bagaimana memprioritaskan pekerjaan.
Artikel tentang laporan A3 penyelesaian masalah, silahkan kunjungi:
Kanban adalah metode visual dari manajemen alur kerja yang memungkinkan tim untuk memvisualisasikan, memprioritaskan, dan memperbaiki pekerjaan mereka. Sistem kanban adalah akan membantu tim termasuk manajemen proyek untuk memanfaatkan kekuatan informasi visual tersebut.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang kanban dan visual management silahkan baca:
Aplikasi pertama Lean di luar manufaktur muncul dalam pengembangan perangkat lunak, dalam disiplin yang dikenal dengan metodologi Agile. Secara konseptual, pengembangan perangkat lunak Agile adalah metodologi pengembangan Lean untuk mengoptimalkan siklus pengembangan perangkat lunak.
Pengembangan perangkat lunak adalah penerapan metodologi Lean secara alami karena, sama seperti manufaktur, umumnya mengikuti proses yang ditentukan, memiliki beberapa kondisi penerimaan nyata dan menghasilkan penyampaian nilai pasti.
Seperti diungkapkan diatas, bahwa terdapat banyak sekali pengelolaan data, analisis serta penyemaiian informasi, mulai dari VSM, Kanban hingga Laporan A3. disinilah peran penting perluasan pengembangan dalam bentuk lebih modern melalui perangkat lunak tersebut.
Salah satu contoh kasus pengembangan otonomasi dalam penerapan lean manufacturing di pabrik seperti interlocked andon system. Pelajari lebih lanjut: Interlocked Andon System Untuk Meningkatkan Efisiensi Manufaktur.
Istilah "manajemen proyek Agile" tidak terbatas pada satu pendekatan atau praktik. Kanban, Scrum, dan XP semuanya bisa disertakan di bawah payung manajemen proyek Agile. Semua pendekatan tersebut prinsip pada metodologi Agile, metode iteratif untuk mengelola desain dan membangun aktivitas suatu proses, dengan cara yang sangat fleksibel serta interaktif.
Management project agile adalah dimulai pada pengembangan perangkat lunak Agile sebagai cara untuk beradaptasi lebih cepat untuk satu perubahan dengan memberikan ukuran batch yang lebih sedikit, daripada membuatnya menjadi banyak.
Memang terdapat banyak macam-macam metode agile saat penerapannya, dimana dalam metodologi mengelola proyek menyesuaikan dengan kebutuhan manajemen proyek modern dari perusahaan tersebut sehingga macamnya tergantung pelaksananya.
Secara umum, inti pengembangan konsep utama Agile adalah:
Perkembangan agile memecah pekerjaan pengembangan produk menjadi sedikit demi sedikit, meminimalkan jumlah perencanaan dan desain di depan. Alih-alih menargetkan target bergerak untuk jangka panjang, dari situ manajer proyek Agile bekerja dengan tim untuk memutuskan pekerjaan agar menjadi bagian kecil yang mudah dikelola.
Bentuk perkembangan iteratif ini meminimalkan risiko dan memungkinkan fleksibilitas dalam menciptakan proses. Tujuan untuk masing-masing iterasi ini adalah untuk menciptakan nilai, dengan bug minimal, pada akhir setiap iterasi. Dalam metode ini, kinerja perangkat lunak lah yang akan menjadi ukuran utama dari kemajuan tersebut.
Siklus pengembangan Agile memungkinkan komunikasi yang lebih baik. Selama iterasi, manajer proyek Agile berkomunikasi secara langsung dengan orang atau tim yang melakukan pekerjaan dan tetap mengetahui informasi terkait maupun berkaitan dengan penyampaian nilai tersebut. Hal ini memungkinkan mereka untuk secara signifikan lebih fokus pada pekerjaan aktual yang ada, daripada jika mereka mengelola karya yang jauh lebih besar dan jauh lebih kompleks.
Pengelolaan proyek agile juga dapat membantu meningkatkan kualitas kerja. Setelah setiap nilai iteratif diberikan, tim Agile merenungkan pembelajaran mereka dari iterasi itu, biasanya melalui sebuah pertemuan yang disebut retrospektif. Kemudian, mereka berupaya mengembangkan cara untuk meningkatkan kualitas dan meningkatkan kelancaran pengembangan produk.
Lean dan Agile Development memungkinkan tim pengembangan perangkat lunak bergerak lebih cepat, memberikan kualitas kerja yang lebih tinggi, dan tetap selaras dengan stakeholers atau pemangku bisnis seputar kebutuhan pelanggan. Ada banyak cara untuk menerapkan metodologi Agile, termasuk; Scrum, XP, Kanban dan banyak lagi.
Terlepas dari pendekatan mana yang dipilih oleh tim kerja Anda, penting untuk memahami asas-asas di balik metode ini untuk memastikan praktek yang berkelanjutan dan berdisiplin.
Dalam industri seperti sekarang ini, kita dihadapi tantangan setiap hari, dimana perusahaan mengharapkan terdapat kualitas kerja tepat waktu juga sesuai anggaran. Oleh karena itu Agile dan lean project management adalah dua metodologi yang tepat untuk mengelola proyek sesuai dengan kebutuhan manajemen proyek modern.
Sebelum membahas tentang hubungan antara lean dengan Agile di perusahaan manufacturing, sebaiknya fahami terlebih dahulu pengertian dari keduanya.
Pengertian Lean Project Management
Sebenarnya dalam makalah sebelumnya saya telah menulis tentang apa itu lean manufacturing. Secara umum Lean project management adalah metode manajemen proyek yang berprinsip pada metodologi Lean.
Metodologi Lean merupakan cara untuk mengoptimalkan orang, sumber daya, usaha, dan energi organisasi untuk menciptakan nilai bagi pelanggan. Hal ini didasarkan pada dua prinsip, perbaikan dan menghargai yang terus menerus terhadap orang. Kebanyakan dari perusahaan baik itu penjualan hingga pengembangan perangkat lunak, menggunakan prinsip dari metodologi lean untuk secara berkelanjutan agar memberikan nilai lebih kepada pelanggan mereka.
Seperti diketahui bahwa metodologi Lean bukanlah konsep baru, namun aplikasi modernnya untuk bisnis terus berkembang. Sebelum Lean dikenal sebagai metodologi bisnis, ini merupakan pendekatan terhadap proses manufaktur.
Sejarah lean manufacturing sendiri berasal dari Toyota Production System (TPS) yang merevolusi pembuatan barang fisik di tahun 1950an, hingga saat ini. Lean bukan hanya mempertahankan prinsipnya di bidang manufaktur, namun juga menemukan aplikasi baru dalam bidang pengetahuan, membantu bisnis di semua industri menghilangkan pemborosan (waste), memperbaiki proses, dan meningkatkan inovasi.
Kunjungi: Prinsip Dasar Lean Manufacturing untuk mempelajari lebih lanjut tentang prinsip-prinsip dari lean manufacturing tersebut.
Adapun project penerapan lean manufacturing di perusahaan baik itu otomotif, bank, rumah sakit, pemerintahan yang berupa jasa layanan juga produk akan mengandalkan beberapa alat/ tools untuk membantu organisasi saat memprioritaskan hingga mengelola pekerjaan:
1. Pemetaan Aliran Nilai
Peta Aliran Nilai (bahasa Inggris: Value stream mapping atau VSM) adalah alat Lean yang digunakan Toyota untuk menentukan dan mengoptimalkan berbagai langkah yang diperlukan untuk mendapatkan proyek produk, layanan, atau proyek nilai tambah dari awal sampai akhir.
Penerapan VSM bertujuan untuk mengidentifikasi keadaan alur kerja saat ini dan masa depan, serta semua aktivitas yang masuk dan keluar dari alur kerja sehingga nilai dapat disampaikan. Memvisualisasikan arus nilai membuat proses kompleks menjadi lebih sederhana dan lebih nyata, memberi pemahaman yang jelas kepada setiap orang tentang bagaimana nilai bergerak melalui tim, organisasi, atau rantai pasokan. Mendefinisikan berbagai bagian dari value stream adalah komponen kunci dari setiap transformasi Lean, karena dapat menimbulkan inefisiensi yang menghalangi arus nilai pada pelanggan.
Baca juga:
2. A3 Thinking
Laporan A3 problem solving adalah alat yang sangat berharga terutama stakholers hingga manajer proyek Lean. A3 Thinking adalah pendekatan pemecahan masalah terstruktur dalam mendorong perbaikan terus-menerus yang disengaja. Metode pendefinisian, analisis, dan pengembangan hipotesis di seputar suatu masalah disebut A3 problem solving report.
Pendekatan A3 didasarkan pada model PDCA (Plan-Do-Check-Act) Edwards Deming. Ini mendorong organisasi untuk secara jelas dan akurat mendefinisikan setiap masalah, kemudian mengembangkan sebuah hipotesis untuk diuji untuk mengatasinya. Sebagian besar metode A3 juga mencakup analisis biaya keterlambatan, yang membantu manajer proyek dan tim membuat keputusan tentang bagaimana memprioritaskan pekerjaan.
Artikel tentang laporan A3 penyelesaian masalah, silahkan kunjungi:
3. Kanban
Kanban adalah metode visual dari manajemen alur kerja yang memungkinkan tim untuk memvisualisasikan, memprioritaskan, dan memperbaiki pekerjaan mereka. Sistem kanban adalah akan membantu tim termasuk manajemen proyek untuk memanfaatkan kekuatan informasi visual tersebut.
Untuk mempelajari lebih lanjut tentang kanban dan visual management silahkan baca:
4. Perluasan ke Pengembangan Perangkat Lunak
Aplikasi pertama Lean di luar manufaktur muncul dalam pengembangan perangkat lunak, dalam disiplin yang dikenal dengan metodologi Agile. Secara konseptual, pengembangan perangkat lunak Agile adalah metodologi pengembangan Lean untuk mengoptimalkan siklus pengembangan perangkat lunak.
Pengembangan perangkat lunak adalah penerapan metodologi Lean secara alami karena, sama seperti manufaktur, umumnya mengikuti proses yang ditentukan, memiliki beberapa kondisi penerimaan nyata dan menghasilkan penyampaian nilai pasti.
Seperti diungkapkan diatas, bahwa terdapat banyak sekali pengelolaan data, analisis serta penyemaiian informasi, mulai dari VSM, Kanban hingga Laporan A3. disinilah peran penting perluasan pengembangan dalam bentuk lebih modern melalui perangkat lunak tersebut.
Salah satu contoh kasus pengembangan otonomasi dalam penerapan lean manufacturing di pabrik seperti interlocked andon system. Pelajari lebih lanjut: Interlocked Andon System Untuk Meningkatkan Efisiensi Manufaktur.
Pengertian Agile Project Management
Istilah "manajemen proyek Agile" tidak terbatas pada satu pendekatan atau praktik. Kanban, Scrum, dan XP semuanya bisa disertakan di bawah payung manajemen proyek Agile. Semua pendekatan tersebut prinsip pada metodologi Agile, metode iteratif untuk mengelola desain dan membangun aktivitas suatu proses, dengan cara yang sangat fleksibel serta interaktif.
Management project agile adalah dimulai pada pengembangan perangkat lunak Agile sebagai cara untuk beradaptasi lebih cepat untuk satu perubahan dengan memberikan ukuran batch yang lebih sedikit, daripada membuatnya menjadi banyak.
Memang terdapat banyak macam-macam metode agile saat penerapannya, dimana dalam metodologi mengelola proyek menyesuaikan dengan kebutuhan manajemen proyek modern dari perusahaan tersebut sehingga macamnya tergantung pelaksananya.
Secara umum, inti pengembangan konsep utama Agile adalah:
1. Perkembangan Iteratif
Perkembangan agile memecah pekerjaan pengembangan produk menjadi sedikit demi sedikit, meminimalkan jumlah perencanaan dan desain di depan. Alih-alih menargetkan target bergerak untuk jangka panjang, dari situ manajer proyek Agile bekerja dengan tim untuk memutuskan pekerjaan agar menjadi bagian kecil yang mudah dikelola.
Bentuk perkembangan iteratif ini meminimalkan risiko dan memungkinkan fleksibilitas dalam menciptakan proses. Tujuan untuk masing-masing iterasi ini adalah untuk menciptakan nilai, dengan bug minimal, pada akhir setiap iterasi. Dalam metode ini, kinerja perangkat lunak lah yang akan menjadi ukuran utama dari kemajuan tersebut.
2. Komunikasi yang Efisien
Siklus pengembangan Agile memungkinkan komunikasi yang lebih baik. Selama iterasi, manajer proyek Agile berkomunikasi secara langsung dengan orang atau tim yang melakukan pekerjaan dan tetap mengetahui informasi terkait maupun berkaitan dengan penyampaian nilai tersebut. Hal ini memungkinkan mereka untuk secara signifikan lebih fokus pada pekerjaan aktual yang ada, daripada jika mereka mengelola karya yang jauh lebih besar dan jauh lebih kompleks.
3. Fokus pada Kualitas
Pengelolaan proyek agile juga dapat membantu meningkatkan kualitas kerja. Setelah setiap nilai iteratif diberikan, tim Agile merenungkan pembelajaran mereka dari iterasi itu, biasanya melalui sebuah pertemuan yang disebut retrospektif. Kemudian, mereka berupaya mengembangkan cara untuk meningkatkan kualitas dan meningkatkan kelancaran pengembangan produk.
Kesimpulan Hubungan Lean dan Agile Manufacturing
Lean dan Agile Development memungkinkan tim pengembangan perangkat lunak bergerak lebih cepat, memberikan kualitas kerja yang lebih tinggi, dan tetap selaras dengan stakeholers atau pemangku bisnis seputar kebutuhan pelanggan. Ada banyak cara untuk menerapkan metodologi Agile, termasuk; Scrum, XP, Kanban dan banyak lagi.
Terlepas dari pendekatan mana yang dipilih oleh tim kerja Anda, penting untuk memahami asas-asas di balik metode ini untuk memastikan praktek yang berkelanjutan dan berdisiplin.
Post a Comment for "MEMAHAMI HUBUNGAN LEAN DAN AGILE MANUFACTURING"