Sinergi Lean dan Six Sigma Untuk Operational Excellence

Apa itu Lean Six Sigma - Lean adalah metodologi perbaikan proses yang digunakan untuk memberikan produk dan layanan yang lebih baik, lebih cepat, dan dengan biaya yang lebih rendah (Antony & Laureani, 2011), sedangkan Six Sigma adalah metodologi yang cukup akurat untuk memecahkan masalah dalam proses bisnis (Bentley & Davis, 2010). Sinergi untuk kecepatan dan kualitas Lean Six Sigma adalah konsep manajemen operasional yang merupakan sinergi dari Lean dan Six Sigma (Gaspersz, 2007) serta pemahaman akan operational excellence, waste, quick wins, dan sebagainya.

Lean Six Sigma adalah salah satu pendekatan dan trend terkini dalam konsep manajemen dan perkembangan mutu (Maleyeff et al., 2012; Russell & Taylor, 2010). Mengimplementasikan metodologi Lean Six Sigma dengan benar akan menjadikan kombinasi ini sebagai metodologi yang sangat hebat bagi upaya perbaikan bisnis proses disebuah organisasi (Snyder & Peters, 2004) sehingga terciptanya operational excellence.

Lean Six Sigma merupakan proses perbaikan dengan menggunakan konsep fase DMAIC dalam menjalani setiap prosesnya. DMAIC adalah fase-fase yang harus dilalui dalam menjalani aktivitas ataupun proyek perbaikan. DMAIC merupakan singkatan dari Define-Measure-Analyze-Improve-Control.

Sinergi Lean dan Six Sigma Untuk Operational Excellent

Apa itu Lean

Lean adalah tools dan metodologi yang dapat membantu mengurangi pemborosan produk, pemborosan biaya, pemborosan waktu dan sebagainya. Lean menjelaskan bahwa mengurangi pemborosan dapat menggunakan metode Value Stream Mapping (VSM), 5S, Kanban, serta Poka-yoke. Menurut Toyota bahwa lean bukan hanya sebatas tools dan hal tersebut banyak dipertegaskan oleh para ahli yang telah mempelajari dan melakukan praktek lean dalam sebuah penelitiannya.

Prinsip dasar lean

Menurut Womack & Jones (1996), Lean memiliki 5 prinsip dasar, yaitu:

1. Value.

Value adalah semua aktifitas yang bermanfaat atau memiliki nilai bagi pelanggan. Pemikiran lean berfokus pada nilai tambah pelanggan (value added), setiap kegiatan yang tidak mempunyai nilai tambah (non vale added) adalah pemborosan (waste).

Untuk menentukan suatu aktivitas dikatakan bernilai tambah (Value Added) dapat dilihat dari:

2. The Value Stream.

Value stream adalah pemetaan proses pada aliran yang bernilai bagi pelanggan untuk setiap produk. Pada umumnya manufaktur akan melakukan valu stream mapping untuk menentukan aktivitas maupun langkah-langkah yang bernilai tambah.

Untuk menentukan langkah pemetaan proses aliran (Valu Stream Mapping), maka deperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
  • Tentukan value dari proses untuk mengetahui product family.
  • Bangun dan analysis current-state map (Peta kondisi aktual).
  • Diskusikan dan bangun future-state map (Peta kondisi ideal).
  • Laksanakan dan sempurnakan dengan perbaikan.

3. Flow.

Untuk menghasilkan dan mendapatkan produk maupun layanan sesuai dengan yang diharapkan pelanggan maka yang perlu dilakukan adalah memastikan bahwa proses dapat mengalir secara terus-menerus tanpa adanya halangan. Agar mendapatkan continous flow maka diperlukan aktivitas menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah.

4. Pull.

Mengorganisasikan agar material, informasi dan produk mengalir secara lancar dan efisien sepanjang proses value stream menggunakan sistem tarik (pull system). Sistem yang fungsinya untuk menghindari kelebihan atau penambahan gudang. Dimana pelanggan menarik produk atau pelayanan saat dibutuhkan. Pasokan selanjutnya ditentukan oleh kebutuhan pelanggan atau hanya menggantikan apa yang telah diambil oleh pelanggan (Gaspersz, 2007; Jeffrey K. Liker, 2004; Polk, 2011). Menurut (Rother & Shook, 1999), sistem tarik digunakan jika harus, sedangkan jika bisa buatlah proses terus mengalir.

5. Perfection.

Prinsip akhir dari lean adalah perbaikan yang terus menerus (Continous improvement). Tingkat kinerja optimum akan dicapai melalui perbaikan terus menerus. Mencari berbagai teknik dan alat perbaikan untuk perbaikan yang berkesinambungan dan mencapai kesempurnaan. (Gaspersz, 2007).

Apa itu Six Sigma

Six Sigma adalah sebuah metodologi yang digunakan untuk memperbaiki proses bisnis dengan memanfaatkan analisis statistik. Metodologi Six Sigma didefinisikan oleh 5 langkah DMAIC. DMAIC adalah Define - Measure - Analyze - Improve - Control.

Six Sigma merupakan pendekatan sistematis untuk menghilangkan kesalahan (error). Six Sigma menggunakan metode statistik untuk meningkatkan kualitas dengan meminimalkan variabilitas dalam proses bisnis, mulai dari manufaktur hingga rekayasa dan pembelian.


Prinsip dasar six sigma

  1. Berfokus pada kebutuhan pelanggan.
  2. Dengan menggunakan pengukuran dan analisis statistik yang ekstensif untuk memahami bagaimana pekerjaan dilakukan dan untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah (variasi)
  3. Menjadi proaktif dalam menghilangkan variasi dan terus memperbaiki prosesnya.
  4. Melibatkan orang dalam tim lintas fungsional Six Sigma.
  5. Menjadi teliti dan fleksibel.



Apa itu Lean Six Sigma

Lean Six Sigma adalah filosofi perbaikan berbasis data dan fakta dengan tujuan pencegahan terhadap terjadinya cacat maupun pemborosan pada aktivitas maupun kegiatan perusahaan. Intgreasi Lean dan six sigma yang kemudian umumnya disebut dengan lean six sigma bertujuan untuk mendorong dan meningkatkan kepuasan pelanggan hasil bottom-line dengan mengurangi variasi, limbah, dan waktu siklus, sekaligus mempromosikan penggunaan standardisasi dan arus kerja, sehingga menciptakan keunggulan kompetitif.

Lean Six Sigma merupakan kombinasi dari dua metode perbaikan proses yaitu Lean dan Six Sigma.
Lean dan Six Sigma memiliki tujuan umum yang sama untuk menyediakan pelanggan dengan kualitas terbaik, biaya, pengiriman, dan kelancarana proses dalam kegiatan proses. Walaupun memiliki tujuan umum yang sama, akan tetapi ada beberapa perbedaan, seperti:
  • Lean berfokus pada pengurangan 7 wastes (7 Pemborosan), sedangkan Six Sigma menekankan pengurangan variasi.
  • Lean mencapai tujuannya dengan menggunakan alat yang kurang teknis seperti kaizen, organisasi tempat kerja, dan kontrol visual, sedangkan Six Sigma cenderung menggunakan analisis data statistik, perancangan eksperimen, dan uji hipotesis.


Lean Six Sigma memudahkan perusahaan untuk memecahkan masalah dan meningkatkan kecepatan dan efektivitas proses apapun dalam organisasi dibangdingkah harus mempraktekan lean ataupun six sigma secara terpisah.

Dengan penerapan lean six sigma, maka perusahaan akan dapat:
Lean Six Sigma yaitu sebuah metodologi yang efektif yang digunakan untuk memperbaiki suatu masalah. Hal ini didasarkan pada praktik akal sehat dan selesai dalam lima tahap:
  1. Define. Tentukan masalah dan apa yang dibutuhkan untuk memuaskan pelanggan Anda.
  2. Measure. Memetakan proses saat ini untuk mengumpulkan data.
  3. Analyze. Analisis, selidiki dan identifikasikan apa yang menyebabkan masalah.
  4. Improve. Terapkan perbaikan untuk memecahkan masalah.
  5. Control: Mempertahankan hasil yang lebih baik.
lean six sigma


Artikel terkait


Demikian tulisan kami tentang Sinergi Lean dan Six Sigma Untuk Operational Excellence. Semoga dengan tulisan ini dapat bermanfaat, terutama bagi pengunjung setia blogcoretangw.blogspot.com.
Kami ucapkan terimakasih telah menyediakan waktu untuk berkunjung serta membaca tulisan yang terdapat pada Coretan Lean, jika ada pembahasan yang terlewatkan dari tulisan kami ataupun ada ide maupun masukkan yang terkait dengan tulisan kali ini, silahkan anda tulis pada kolom komentar yang terdapat pada blog ini.

Post a Comment for "Sinergi Lean dan Six Sigma Untuk Operational Excellence"