Cara Meningkatkan Profitabiltas Perusahaan Dengan Penarapan Lean – Dengan persaingan yang semakin ketat serta perkembangan trend yang bervariasi, tidak sedikit dari perusahaan akhirnya menyerah dalam menjalankan aktivitas usahanya. Hal ini terjadi dikarenakan makin meningkatnya biaya operasional yang harus ditanggung perusahaan dengan pendapatan yang minim yang disebabkan persaingan harga yang sangat ketat, sehingga profit perusahaanpun tidak dapat mengimbangi biaya operasional.
Lean adalah sebuah cara berpikir, filosofi, metode dan strategi manajemen untuk meningkatkan efisiensi pada aktivitas operasional. Metode ini diadaptasi dari Toyota Production System (TPS), dengan tujuan utamanya memaksimalkan aktivitas bernilai (VA) bagi pelanggan serta meningkatkan profitabilitas perusahaan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (NVA). Oleh karena itu tidak sedikit dari perusahaan mencoba menerapkan lean sebagai salah satu cara untuk bertahan dalam persaingan bisnis yang sangat ketat.
Penerapan lean yang tidak tepat, justru tidak akan memberikan manfaat dan berpengaruh besar terhadap profit sebuah perusahaan. Seperti dalam pembahasan sebelumnya, bahwa sebelum menerapkan lean dalam perusahaan sangat diperlukan perubahan pola fikir dimulai dari top level atau stakeholders, sebelum menitikberatkan sistem lean kepada anggota karyawan perusahaan. Salah satu cara meningkatkan produktivitas perusahaan adalah dengan menggunakan standarisasi kerja dalam penerapan lean.
Pekerjaan terstandarisasi adalah lembar kerja yang standar dan harus diberikan kepada setiap karyawan dalam menjalankan aktivitas pekerjaan, dengan begitu penerapan sistem lean akan berjalan dengan mudah dalam mengidentifikasi serta pencegahan terhadap kegiatan yang tidak bernilai (NVA).
Standard work juga dapat didefinisikan sebagai cara dalam menetapkan interaksi karyawan serta lingkungannya ketika melakukan proses produk atau jasa. Pekerjaan terstandarisasi merupakan perangkat alat yang digunakan untuk meningkatkan produktifitas atau kapasitas sehingga akan menimbulkan kestabilan dalam proses kerja.
Pekerjaan yang telah memiliki standar juga akan memudahkan karyawan dalam melakukan pekerjaannya, karena dengan mengikuti intruksi kerja serta prosedur yang telah ditetapkan akan menimbulkan kepercayaan diri karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Sebagai contoh dalam perhitungan takt time pada perusahaan manufaktur, dalam satu hari kerja seorang karyawan memiliki jam kerja per shift sebanyak 8 jam dan harus menyelesaikan pekerjaannya berdasarkan target yang telah ditentukan oleh pelanggan (perusahaannya) sebanyak 350 unit. Maka karyawan harus menyelesaikan pekerjaan perunit adalah:
Jadi Tak time yang dibutuhkan oleh dalam menyelesaikan pekerjaan per unit sebesar 82 detik, dan jika melebihi dari waktu tersebut maka pemenuhan terhadap permintaan pelanggan tidak akan tercapai.
Takt time ini biasanya digunakan sebagai target waktu yang telah ditetapkan atau standar dalam menyelesaikan pekerjaan.
Melalui 3 elemen standar kerja diatas maka perusahaan akan dapat melakukan peningkatan produktivitas, melalui perbaikan yang dilakukan secara terus menerus. Karena dalam penerapan lean pada perusahaan yang sangat diperlukan adalah apa target yang harus dicapai serta bagaimana cara mencapainya. Target bisa didapat dari takt time dan cara mencapainya adalah dengan menentukan standar kerja melalui work sequence dan menghindari penumpukan terhadap proses kerja yang akan mengakibatkan timbulnya permasalahan yang diakibatkan oleh penumpukan dari WIP maupun kurang lancarnya aliran proses kerja menuju proses selanjutnya.
Untuk mendapatkan standar kerja untuk elemen work sequence, sangat diperlukan pengidentifikasian aktivitas bernilai (VA) dan aktivitas tidak bernilai tambah (NVA) yang kemudian diharapkan adanya perbaikan standar kerja dengan mengurangi bahkan menghilangkan aktivitas tidak bernilai tambah (NVA) melalui kegiatan perbaikan secara terus menerus (kaizen) untuk mencapai takt time yang telah ditetapkan.
Pemetaaan terhadap proses aktivitas atau process mapping dapat dilakukan dengan menggunakan lean matrix dengan memetakan setiap aktivitas dari elemen kerja. Sedangkan untuk standar WIP bertujuan agar tidak terjadinya penumpukan sebuah proses pada alur kerja yang akn berpotensi timbulnya kesalahan kerja karyawan dalam menyelesaikan tugasnya, karena kesalahan kerja yang berdampak kepada rework atau pekerjaan ulang terhadap produk atau jasa diawali dari kecerobohan maupun keterburuan karyawan dalam menyelesaikan tugas. Salah satu faktor penyebab dari kecerobohan tersebut adalah keinginan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk (WIP), dan rework merupakan bagian dari pemborosan dalam penerapan lean di perusahaan.
Standard WIP juga menghindari dari kurang lancarnya aliran kerja menuju proses selanjutnya, ketika suatu proses kerja selanjutnya tidak mendapat suplay dari proses sebelumnya, maka yang akan terjadi adalah aktivitas karyawan menunggu melakukan pekerjaan dikarenakan aliran kerja sebelumnya tidak men-suplay pekerjaan. Aktivitas menunggu ini merupakan salah satu bagian dari kategori 7 pemborosan dalam penerapan lean.
Kesimpulan: Melalui standar kerja dalam penerapan lean untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan sangat perlu menerapkan 3 elemen standar kerja, untuk menghindari terjadinya aktivitas tidak bernilai tambah (NVA) pada perusahaan. Dan penerapan standar kerja tidak dapat terimplementasi tanpa keikutsertaan top level dalam mengontrol dan memastikan standar kerja perusahaan berjalan, serta melibatkan karyawan dalam melakukan perubahan serta perbaikan secara terus menerus sehingga terciptanya standar kerja yang efisien bagi perusahaan.
Demikian tulisan kami tentang Meningkatkan Produktivitas Melalui Standarisasi Kerja Dalam Penerapan Lean. Semoga dengan tulisan ini dapat bermanfaat bagi anda yang sedang mencari referensi tentang lean terutama bagi pengunjung setia blogcoretangw.blogspot.com.
Kami ucapkan terimakasih telah menyediakan waktu untuk berkunjung serta membaca tulisan yang terdapat pada Coretan Lean, jika ada pembahasan yang terlewatkan dari tulisan kami ataupun ada ide maupun masukkan yang terkait dengan tulisan kali ini, silahkan anda tulis pada kolom komentar yang terdapat pada blog ini.
Lean adalah sebuah cara berpikir, filosofi, metode dan strategi manajemen untuk meningkatkan efisiensi pada aktivitas operasional. Metode ini diadaptasi dari Toyota Production System (TPS), dengan tujuan utamanya memaksimalkan aktivitas bernilai (VA) bagi pelanggan serta meningkatkan profitabilitas perusahaan dengan menghilangkan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (NVA). Oleh karena itu tidak sedikit dari perusahaan mencoba menerapkan lean sebagai salah satu cara untuk bertahan dalam persaingan bisnis yang sangat ketat.
Penerapan lean yang tidak tepat, justru tidak akan memberikan manfaat dan berpengaruh besar terhadap profit sebuah perusahaan. Seperti dalam pembahasan sebelumnya, bahwa sebelum menerapkan lean dalam perusahaan sangat diperlukan perubahan pola fikir dimulai dari top level atau stakeholders, sebelum menitikberatkan sistem lean kepada anggota karyawan perusahaan. Salah satu cara meningkatkan produktivitas perusahaan adalah dengan menggunakan standarisasi kerja dalam penerapan lean.
Pengertian Standarisasi Kerja
Standard work juga dapat didefinisikan sebagai cara dalam menetapkan interaksi karyawan serta lingkungannya ketika melakukan proses produk atau jasa. Pekerjaan terstandarisasi merupakan perangkat alat yang digunakan untuk meningkatkan produktifitas atau kapasitas sehingga akan menimbulkan kestabilan dalam proses kerja.
Pekerjaan yang telah memiliki standar juga akan memudahkan karyawan dalam melakukan pekerjaannya, karena dengan mengikuti intruksi kerja serta prosedur yang telah ditetapkan akan menimbulkan kepercayaan diri karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Elemen Standar Kerja
Pada penerapan lean di perusahaan elemen dari standar kerja harus mengacu kepada 3 elemen. Yaitu:1. Takt Time.
Takt time adalah waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan proses kerja mulai awal proses hingga menghasilkan satu bagian produk maupun jasa berdasarkan dari angka penjualan untuk memenuhi persyaratan pelanggan. Umumnya takt time dikonversi dalam satuan detik.Sebagai contoh dalam perhitungan takt time pada perusahaan manufaktur, dalam satu hari kerja seorang karyawan memiliki jam kerja per shift sebanyak 8 jam dan harus menyelesaikan pekerjaannya berdasarkan target yang telah ditentukan oleh pelanggan (perusahaannya) sebanyak 350 unit. Maka karyawan harus menyelesaikan pekerjaan perunit adalah:
(8 jam x 3600 detik) = 28,800 detik
Permintaan pelanggan per shift = 350 unit
TAKT Time = 82 detik /unit
Permintaan pelanggan per shift = 350 unit
TAKT Time = 82 detik /unit
Jadi Tak time yang dibutuhkan oleh dalam menyelesaikan pekerjaan per unit sebesar 82 detik, dan jika melebihi dari waktu tersebut maka pemenuhan terhadap permintaan pelanggan tidak akan tercapai.
Takt time ini biasanya digunakan sebagai target waktu yang telah ditetapkan atau standar dalam menyelesaikan pekerjaan.
2. Work Sequence.
Work sequence adalah urutan yang spesifik dimana karyawan melakukan langkah-langkah proses manual untuk menyelesaikan satu produk atau jasa. Ketika standar waktu telah ditentukan melalui takt time, maka bagian selanjutnya adalah sequence atau urutan dari pekerjaan tersebut untuk mencapai target yang ditentukan tadi.3. Standard WIP.
WIP atau pekerjaan yang akan di proses oleh karyawan juga harus ditentukan batas maksimalnya, hal ini untuk memudahkan dalam mengidentifikasi critical proses dalam suatu pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan. Dan standard WIP adalah Jumlah minimum produk di dalam alur proses kerja yang akan menentukan karyawan untuk mengalirkan produk atau jasa secara efisien.Melalui 3 elemen standar kerja diatas maka perusahaan akan dapat melakukan peningkatan produktivitas, melalui perbaikan yang dilakukan secara terus menerus. Karena dalam penerapan lean pada perusahaan yang sangat diperlukan adalah apa target yang harus dicapai serta bagaimana cara mencapainya. Target bisa didapat dari takt time dan cara mencapainya adalah dengan menentukan standar kerja melalui work sequence dan menghindari penumpukan terhadap proses kerja yang akan mengakibatkan timbulnya permasalahan yang diakibatkan oleh penumpukan dari WIP maupun kurang lancarnya aliran proses kerja menuju proses selanjutnya.
Untuk mendapatkan standar kerja untuk elemen work sequence, sangat diperlukan pengidentifikasian aktivitas bernilai (VA) dan aktivitas tidak bernilai tambah (NVA) yang kemudian diharapkan adanya perbaikan standar kerja dengan mengurangi bahkan menghilangkan aktivitas tidak bernilai tambah (NVA) melalui kegiatan perbaikan secara terus menerus (kaizen) untuk mencapai takt time yang telah ditetapkan.
Pemetaaan terhadap proses aktivitas atau process mapping dapat dilakukan dengan menggunakan lean matrix dengan memetakan setiap aktivitas dari elemen kerja. Sedangkan untuk standar WIP bertujuan agar tidak terjadinya penumpukan sebuah proses pada alur kerja yang akn berpotensi timbulnya kesalahan kerja karyawan dalam menyelesaikan tugasnya, karena kesalahan kerja yang berdampak kepada rework atau pekerjaan ulang terhadap produk atau jasa diawali dari kecerobohan maupun keterburuan karyawan dalam menyelesaikan tugas. Salah satu faktor penyebab dari kecerobohan tersebut adalah keinginan karyawan dalam menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk (WIP), dan rework merupakan bagian dari pemborosan dalam penerapan lean di perusahaan.
Standard WIP juga menghindari dari kurang lancarnya aliran kerja menuju proses selanjutnya, ketika suatu proses kerja selanjutnya tidak mendapat suplay dari proses sebelumnya, maka yang akan terjadi adalah aktivitas karyawan menunggu melakukan pekerjaan dikarenakan aliran kerja sebelumnya tidak men-suplay pekerjaan. Aktivitas menunggu ini merupakan salah satu bagian dari kategori 7 pemborosan dalam penerapan lean.
Kesimpulan: Melalui standar kerja dalam penerapan lean untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan sangat perlu menerapkan 3 elemen standar kerja, untuk menghindari terjadinya aktivitas tidak bernilai tambah (NVA) pada perusahaan. Dan penerapan standar kerja tidak dapat terimplementasi tanpa keikutsertaan top level dalam mengontrol dan memastikan standar kerja perusahaan berjalan, serta melibatkan karyawan dalam melakukan perubahan serta perbaikan secara terus menerus sehingga terciptanya standar kerja yang efisien bagi perusahaan.
Demikian tulisan kami tentang Meningkatkan Produktivitas Melalui Standarisasi Kerja Dalam Penerapan Lean. Semoga dengan tulisan ini dapat bermanfaat bagi anda yang sedang mencari referensi tentang lean terutama bagi pengunjung setia blogcoretangw.blogspot.com.
Kami ucapkan terimakasih telah menyediakan waktu untuk berkunjung serta membaca tulisan yang terdapat pada Coretan Lean, jika ada pembahasan yang terlewatkan dari tulisan kami ataupun ada ide maupun masukkan yang terkait dengan tulisan kali ini, silahkan anda tulis pada kolom komentar yang terdapat pada blog ini.
Post a Comment for "Meningkatkan Produktivitas Melalui Standarisasi Kerja Dalam Penerapan Lean"