Operational Stability - Dalam manufacturing, untuk mencapai tujuan sebuah produksi adalah dengan melihat costumer value, dan untuk mencapai tujuan tersebut salah satu yang harus dilakukan adalah dengan menjaga stabilitas operasional.
Dalam kestabilan operasional sebuah produksi maka kita dapat melihat serta memperkirakan kemampuan produksi, biaya, dan tingkat produksi yang diharapkan hingga dicapai. Disinilah mengapa dalam lean manufacturing melihat bahwa operational stability sebagai salah satu pondasi sebuah organisasi perusahaan dan harus menjadi perhatian utama.
Operational stability atau stabilitas operasional akan dikatakan sustain ataupun meningkat jika perusahaan dapat mengurangi pemborosan dalam setiap aktivitas produksi, dengan memastikan bahwa target produksi dapat tercapai serta kualitas juga terpenuhi sesuai dengan permintaan dari pelanggan.
Untuk pondasi dalam menjaga kestabilan produksi dalam operasionalnya, maka perlu diimplementasikan beberapa lean tools seperti:
Jadi setiap karyawan harus mengerti dan memahami betul tentang lean agar terciptanya keikutsertaan karyawan dalam melakukan penghilangan pemborosan. Pemborosan yang dimaksud adalah Mura, Muri dan Muda.
Jika komitmen pelaksanaan BEC oleh pengguna dari mesin atau alat tersebut, berjalan sesuai dengan standar dari operasinal, maka pemborosan yang diakibatkan oleh downtime baik itu downtime quality maupun downtime machine akan dapat ditekan semaksimal mungkin.
Pemeliharaan mesin secara rutin juga harus dilakukan, perawatan tersebut berupa TPM atau Total Productive Maintenance. Pelaksanaan TPM seharusnya sudah menjadi rutinitas mekanik, dan TPM ini sudah seharusnya menjadi fokus utama perusahaan. Terkadang TPM ini terabaikan oleh perusahaan dikarenakan perusahaan hanya melihat dari segi biaya perawatan, akan tetapi tidak melihat dari bagaimana pencegahan terhadap pemborosan yang akan ditimbulkan, jika hal ini terjadi maka stabilitas kegiatan produksi sudah dipastikan akan mengalami gangguan seperti akan banyak terjadi downtime machine dan downtime quality.
Seperti dalam artikel sebelumnya tentang konsep dan tahapan melakukan 5S, bahwa 5S merupakan metode yang sangat efektif dalam menciptakan sebuah lingkungan kerja yang ideal, dan tidak bisa dipungkiri bahwa lingkungan kerja juga merupakan salah satu faktor terbesar dalam mutu dan produktivitas perusahaan karena stabilitas dari operasional terjaga.
Pelaksanaan 5S juga harus di imbangi dengan pelaksanaan visual management, dimana visual ini akan menjadi tolak ukur dalam tingkat keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Pembahasan sebelumnya tentang visual management dalam artikel yang terdapat di blogcoretangw.blogspot.com ini membagi visual menjadi dua bagian, yaitu visual display dan visual control.
Visual Management bisa dijadikan sebagai alat untuk mengatahui bagaimana kondisi dari perusahaan, karena perannya sebagai alat penyampaian informasi berupa display yang dipasang di area yang sangat strategis, sehingga setiap karyawan dapat mengetahuinya.
Selain dari alat penyampaian informasi, visual ini juga berfungsi sebagai management control yang artinya setiap karyawan memahami serta ikut andil dalam pelaksanaan problem solving, ketika menghadapi kondisi manufacturing tidak dalam pencapaian target.
Jika melihat aliran produksi dalam lingkup luas pada manufacturing, aliran produksi tersebut bisa berupa penerapan value stream dengan mapping. Pemetaan aliran produksi yang saling berdekatan serta berkesinambungan maka akan memudahkan sistem lean dalam prakteknya, seperti terciptanya informasi flow yang jelas.
Apabila kita melihat level aliran produksi di lingkup produksi, maka salah satu contoh aliran produksi yang bisa ditetapkan adalah layout line atau sewing. Pada umumnya manufacturing terutama dalam garment, untuk aliran produksi tersebut menggunakan aliran U-shape.
Dari keempat dasar diatas, jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh manufacturing, maka sudah dipastikan bahwa pilar-pilar untuk mencapai costumer value akan tercapai.
Pilar-pilar pendorong tercapainya cutomer value seperti Built-In Quality dan Just In-Time, pilar ini akan kokoh apabila pondasi awal telah terbangun dengan baik. Pondasi awal tersebut adalah operational stability.
Kesimpulan: Komitmen perusahaan dalam menjalankan praktek lean untuk mencapai operational stability sangat menentukan terbangunnya kebudayaan lean yang kuat sehingga kestabilan aktivitas produksi dapat tercipta.
Dalam kestabilan operasional sebuah produksi maka kita dapat melihat serta memperkirakan kemampuan produksi, biaya, dan tingkat produksi yang diharapkan hingga dicapai. Disinilah mengapa dalam lean manufacturing melihat bahwa operational stability sebagai salah satu pondasi sebuah organisasi perusahaan dan harus menjadi perhatian utama.
Operational stability atau stabilitas operasional akan dikatakan sustain ataupun meningkat jika perusahaan dapat mengurangi pemborosan dalam setiap aktivitas produksi, dengan memastikan bahwa target produksi dapat tercapai serta kualitas juga terpenuhi sesuai dengan permintaan dari pelanggan.
Lean Tools Untuk Operational Stability
Pelaksanaan lean manufacturing merupakan salah satu cara bagaimana manufaktur berusahaa untuk menjaga serta menciptakan stabilitas dalam operasional produksinya. Perhatian utama perusahaan tentang stabilitas ini juga yang harus menjadi komitmen oleh semua karyawan dan perusahaan.Untuk pondasi dalam menjaga kestabilan produksi dalam operasionalnya, maka perlu diimplementasikan beberapa lean tools seperti:
Waste elimination atau Menghilangkan pemborosan.
Dalam pelaksanaan lean manufacturing, untuk mengidentifikasi pemborosan adalah dengan melakukan shopfloor visit bukan hanya berdasarka laporan yang didapat. Penghilangan pemborosan bukan hanya dilakukan oleh satu dapartemen saja atau individu tertentu, akan tetapi lebih kepada strategi perusahaan itu sendiri.Jadi setiap karyawan harus mengerti dan memahami betul tentang lean agar terciptanya keikutsertaan karyawan dalam melakukan penghilangan pemborosan. Pemborosan yang dimaksud adalah Mura, Muri dan Muda.
Total Productive Maintenance.
Pencegahan terhadap terjadinya kerusakan mesin operasi juga harus menjadi perhatian utama perusahaan. Pencegahan akan hal tersebut bisa dilakukan dengan Basic Equipment Care atau BEC yang harus dilakukan setiap hari oleh pengguna dari mesin tersebut, jika pelaksanaan BEC dapat dijalankan maka akan memudahkan perusahaan dalam memprediksi mesin yang rusak ataupun mesin yang sudah kurang layak untuk digunakan dalam pelaksanaannya.Jika komitmen pelaksanaan BEC oleh pengguna dari mesin atau alat tersebut, berjalan sesuai dengan standar dari operasinal, maka pemborosan yang diakibatkan oleh downtime baik itu downtime quality maupun downtime machine akan dapat ditekan semaksimal mungkin.
Pemeliharaan mesin secara rutin juga harus dilakukan, perawatan tersebut berupa TPM atau Total Productive Maintenance. Pelaksanaan TPM seharusnya sudah menjadi rutinitas mekanik, dan TPM ini sudah seharusnya menjadi fokus utama perusahaan. Terkadang TPM ini terabaikan oleh perusahaan dikarenakan perusahaan hanya melihat dari segi biaya perawatan, akan tetapi tidak melihat dari bagaimana pencegahan terhadap pemborosan yang akan ditimbulkan, jika hal ini terjadi maka stabilitas kegiatan produksi sudah dipastikan akan mengalami gangguan seperti akan banyak terjadi downtime machine dan downtime quality.
5S dan Visual Management.
Untuk dapat menjalankan lean manufacturing 5S adalah pondasi awal yang harus dilakukan, karena dengan pelaksanaan 5S tersebut maka akan memudahkan setiap karyawan untuk mendeteksi kemungkinan-kemungkinan terjadinya pemborosan dari suatu aktivitas mereka.Seperti dalam artikel sebelumnya tentang konsep dan tahapan melakukan 5S, bahwa 5S merupakan metode yang sangat efektif dalam menciptakan sebuah lingkungan kerja yang ideal, dan tidak bisa dipungkiri bahwa lingkungan kerja juga merupakan salah satu faktor terbesar dalam mutu dan produktivitas perusahaan karena stabilitas dari operasional terjaga.
Pelaksanaan 5S juga harus di imbangi dengan pelaksanaan visual management, dimana visual ini akan menjadi tolak ukur dalam tingkat keberhasilan perusahaan untuk mencapai tujuannya. Pembahasan sebelumnya tentang visual management dalam artikel yang terdapat di blogcoretangw.blogspot.com ini membagi visual menjadi dua bagian, yaitu visual display dan visual control.
Visual Management bisa dijadikan sebagai alat untuk mengatahui bagaimana kondisi dari perusahaan, karena perannya sebagai alat penyampaian informasi berupa display yang dipasang di area yang sangat strategis, sehingga setiap karyawan dapat mengetahuinya.
Selain dari alat penyampaian informasi, visual ini juga berfungsi sebagai management control yang artinya setiap karyawan memahami serta ikut andil dalam pelaksanaan problem solving, ketika menghadapi kondisi manufacturing tidak dalam pencapaian target.
Level workflow atau Aliran produksi.
Aliran produksi dalam organisasi perusahaan juga menentukan stabilitas operasional, dimana dengan penetapan aliran produksi yang salah akan menimbulkan pemborosan terhadap aktivitas produksi itu sendiri.Jika melihat aliran produksi dalam lingkup luas pada manufacturing, aliran produksi tersebut bisa berupa penerapan value stream dengan mapping. Pemetaan aliran produksi yang saling berdekatan serta berkesinambungan maka akan memudahkan sistem lean dalam prakteknya, seperti terciptanya informasi flow yang jelas.
Apabila kita melihat level aliran produksi di lingkup produksi, maka salah satu contoh aliran produksi yang bisa ditetapkan adalah layout line atau sewing. Pada umumnya manufacturing terutama dalam garment, untuk aliran produksi tersebut menggunakan aliran U-shape.
Dari keempat dasar diatas, jika dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh manufacturing, maka sudah dipastikan bahwa pilar-pilar untuk mencapai costumer value akan tercapai.
Pilar-pilar pendorong tercapainya cutomer value seperti Built-In Quality dan Just In-Time, pilar ini akan kokoh apabila pondasi awal telah terbangun dengan baik. Pondasi awal tersebut adalah operational stability.
Kesimpulan: Komitmen perusahaan dalam menjalankan praktek lean untuk mencapai operational stability sangat menentukan terbangunnya kebudayaan lean yang kuat sehingga kestabilan aktivitas produksi dapat tercipta.
Tulisan terkait:
Post a Comment for "STABILITAS OPERASIONAL"